Pada masa kerajaan majapahit, batik dikenal sebagai salah satu atribut kelengkapan dalam sebuah ritual sebagai pakaian ataupun kain pembalut tubuh. Batik juga dapat melambangkan tingkatan status sosial dalam masyarakat jawa. Pada jaman dahulu, kalangan bangsawan kerajaan biasanya mengenakan batik dengan motif garuda sebagai simbol kekuatan dan kemewahan. Kalangan ningrat (darah biru) juga biasanya menggunakan batik dengan bahan kain sutra yang mengesankan kemewahan dan keagungan. Sedangkan kalangan rakyat jelata hanya menggunakan motif seadanya, seperti motif daun, binatang dan lain sebagainya.
Selain sebagai pertanda pranata sosial, corak batik juga merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir masyarakat pembuatnya. Dalam tataran budaya, ada beberapa motif batik yang dikenal makna filosofinya. Beberapa motif tersebut seperti :[1]