Kamis, 16 Mei 2013

Film Burning Season

Film Burning Season adalah sebuah film yang mengkisahkan perjuangan masyarakat lokal di Brazil dalam mempertahankan hutannya dari eksploitasi negara dan korporasi. Seperti negara-negara dunia ke-tiga di belahan bumi lainnya, pada masa itu (tahun 1980-an) negara Brazil juga berpikiran bahwa cara terbaik untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan mendorong industrialisasi besar-besaran. Dengan bantuan Bank Dunia, negara Brazil membuka investasi besar-besaran di berbagai bidang industri. Seperti pengolahan karet dan peternakan. Namun, pada saat itu mereka belum memahami bahwa apa yang mereka lakukan justru menimbulkan kerusakan lingkungan dan memiskinkan masyarakat lokal.

Sesat Pikir

Sesat pikir dalam film ini adalah sesat pikir yang terjadi karena “argumentum ad populum” dan “argumentum ad verecundian”. Sesat pikir “argumentum ad populum” terletak pada diterimanya kebenaran arumen oleh umum (internasional) pada masa itu (1980-an) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian bisa dikejar setinggi-tingginya dengan cara investasi besar-besaran di bidang industri. Untuk mendukung argument itu, Bank Dunia dan berbagai organisasi internasional lainnya memberikan bantuan dana dan program pembangunan.

Negara-negara dunia ketiga mendapatkan kucuran dana bantuan yang besar dari Bank Dunia untuk mendorong industrialisasi di negaranya. Pada awalnya bantuan itu ditujukan untuk mendorong laju perekonomian sebuah negara. Namun kenyataannya, usaha tersebut justru mengakibatkan kerusakan lingkungan yang fatal.



Studi kasus di Brazil, pemikiran untuk mengejar pertumbuhan perekonomian ini dilakukan dengan cara membakar hutan amazon secara besar-besaran. Salah satunya adalah di wilayah sebelah barat hutan Amazon, yaitu di sekitar daerah Cachoeira. Pembakaran itu dilakukan agar pemerintah dan korporasi asing bisa membangun industri peternakan dan akses jalan di sekitar wilayah tersebut. Untuk menjamin kelancaran dari proses pembakaran hutan tersebut, mereka bahkan menurunkan militer dan berkerjasama dengan tuan tanah (land lord) lokal.

Penurunan militer ke lapangan ini seperti yang dilakukan oleh Indonesia di masa pemerintahan Orde Baru. Melalui militer, pemerintah menghalalkan segala cara agar pembangunan dapat berjalan dengan lancer. Salah satunya dengan melakukan penembakan, penangkapan bahkan pembunuhan warga lokal/ aktivis lingkungan yang konsen di sekitar wilayah tersebut.

Jika hutan terus-terusan dibakar untuk dialih fungsikan sebagai lahan industri dan jalan, hal tersebut jutru memperburuk kondisi perekonomian warga lokal dan merusak lingkungan. Warga Cachoeira yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hutan akan kehilangan mata pencahariannya. Hal itulah yang menjadi sebab mengapa “argumentum ad populum” di atas salah atau sesat pikir.

Selain sesat pikir yang disebabkan karena “argumentum ad populum”, sesat pikir ini juga diakibatkan oleh kesalahan “argumentum ad verecundian”. Sesat pikir ini terjadi karena kesalahan para pakar dari Amerika. Jika kita telusuri lebih mendalam, pembakaran hutan secara besar-besaran baik itu di Brazil atau di berbagai negara belahan dunia ke-tiga seperti Indonesia, terjadi karena teori developmentalisme Amerika. Pada tahun 1970-an, Amerika sengaja mendesain sebuah teori yang menyatakan bahwa negara-negara dunia ketiga dapat menjadi makmur seperti negara-negara maju, jika mereka berjalan secara linear menuju modenrisme atau dalam film Burning Season disebut dengan “progress”.

Perjalanan menuju modernisme tersebut dijalankan dengan mengikuti tahapan-tahapan teori pembangunan, salah satunya adalah teori pembangunan W.W Rostow. Pada masa itu, teori-teori developmentalisme, baik itu yang disampaikan oleh Rostow dan pakar-pakar lain memang mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian, namun saat ini teori-teori tersebut jutru termentahkan karena dampak negative yang ditimbulkan. Mulai dari kerusakan ekosistem hingga teraleniasinya masyarakat lokal dalam pembangunan. Akibatnya pembangunan itu sendiri tidak mampu mensejahterakan masyarakat, namun justru menambah ketimbangan sosial-ekonomi masyarakat di sebuah negara. 

Kondisi Ideal

Menurut film Burning Season tersebut, pembangunan yang baik, seharusnya tidak mengorbankan lingkungan dan masyarakat lokal. Namun justru memperhatikan kelestarian ekosistem dan mensejahterakan masyarakat lokal. Industrialisasi sebagai salah satu cara mengejar “high economic growth” harus memperhatikan aspek lingkungan, sehingga keberadaannya tidak mengancam kelestarian ekosistem.

Dana bantuan dari Bank Dunia, seharusnya diberikan kepada masyarakat lokal, bukan pada industrialisasi dan investasi yang berdampak buruk bagi lingkungan. Dana bantuan tersebut itupun harus diberikan jika masyarakat lokal membutuhkan dan menginginkan. Agar program-program yang disusun oleh pemerintah, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat lokal. 

Hal yang Harus Dilakukan untuk Mencapai Kondisi Ideal

Pertumbuhan ekonomi saat ini memang menjadi kebutuhan bagi setiap negara, agar kemakmuran rakyatnya bisa tercapai. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tersebut harus diarahkan agar selaras dengan lingkungan. Perlu beberapa upaya untuk mencapai hal ini, adapun beberapa upaya tersebut seperti: 

Peningkatan kesadaran masyarakat melalui pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela bahwa "education is the most powerful weapon which you can use to change the world". Kata-kata Nelson Mandela ini juga yang digunakan oleh Chico Mendes untuk menanamkan kesadaran kepada warga Cachoeira. Walaupun pada film itu sendiri Chico Mendes belum bergerak dalam bidang ini.

Pendidikan akan membuat wawasan dan daya kritis masyarakat lokal menjadi semakin luas. Dengan wawasan dan daya kritis tersebut mereka bisa mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Hal itu juga yang membuat Chico Mendes berubah menjadi pejuang lingkungan. Seperti yang disebutkan di awal film, pada awalnya Chico berasal dari keluarga petani karet biasa. Mereka sering dibohongi dan dieksploitasi oleh korporasi lokal. Seolah-olah budak korporasi lokal sering menekan harga jual getah karet. Mereka menerapkan harga secara sewenang-wenang. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa pendidikan harus dilakukan untuk mencapai kondisi ideal. 

Perlunya aturan dan etika politik yang berpihak pada lingkungan. Aturan dan etika politik di masa 1980-an, bukan hal yang berpihak pada lingkungan. Kedua hal ini dikala itu sangat developmentalis, dimana aturan dan etika politik dibuat untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar-besarnya. Dampak buruk yang ditimbulkan adalah kerusakan lingkungan.

Studi di Cachoeira dan Indonesia, pada tahun 1980-an. Aturan dan etika politik yang dianggap baik pada saat itu adalah politik yang mensejahterakan rakyat. Menggunakan SDA semaksimal mungkin untuk mencapai hal itu. Di Cachoeira, etika politik yang seperti ini menyebabkan kebakaran hutan Amazon yang luar biasa. Sedangkan di Indonesia, hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem yang luar biasa. Salah satu dari dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan kesuburan tanah (leveling off) di sebagian besar wilayah Indonesia.

Aturan dan etika politik ini akan tercermin dari kebijakan-kebijakan yang diambil. Jika aturan dan etika politik itu baik, maka kebijakan publik yang diambil juga akan berdampak baik bagi lingkungan. Namun, jika aturan dan etika politik itu sudah dicanangkan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan deal-deal kepentingan politik Machiavellianism, maka yang tejadi adalah sebaliknya. Kerusakan lingkungan menjadi hal yang mudah untuk diprediksi.

Fuad Setiawan Khabibi
S2 Manajemen dan Kebijakan Publik UGM

Referensi:
Film Burning Season. 1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentarny kawan, terimakasih...